Dahulu di kampung terpencil.
Di sebuah dusun yg sepi penuh dengan rimbun nya pepohonan sawah yg luas dengan tanggul di sebut oleh warga di sanah dalam arti jalan, yg menyusuri sepanjang anak kali citarum yg mengalir sampai ke laut dan rumah yg terbuat dari anyaman bambu yg beratap kan daun alang-alang tinggalah beberapa warga yg belum begitu mengenal teknologi apalagi media sosial dengan menggunakan alat penerangan yg di buat dari botol kaleng bekas pestisida atau botol kaca bekas di sebut lah pelita yaitu lampu penerang.
dusun tersebut di bernama dusun bungin atau lebih di kenal kampung bungin, jarak antar rumah ke rumah sejauh setengah sampai satu kilometer karna belum begitu banyak warga yg bermukim di sana, mata pencaharian sehari-hari di sana adalah mencari ikan dan kepiting, dalam bahasa di sana di sebut ngebanjir (mancing kepiting) ngobor (Mencari kepiting dgn senter atau lampu) dengan mata uang yg masih kecil mulai dari 10 rupiah penghasilan nya pun dalam sehari atau semalam hanya 1000 sampai 5000 rupiah sudah termasuk penghasilan yg cukup lumayan bahkan di anggap sudah biasa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dulu belum ada yg nama nya pemilihan kepala desa rt dan rw, semua di tunjuk sebagai aparat desa dgn cara musyawarah warga setempat dan yg uniknya di sana blm ad sebutan atau bahasa rw bagi aparat desa nya namun di sana lebih di kenal dgn sebutan rk (mungkin rukun keluarga). Namun warga di sana hidup dgn nyaman damai dan bertetangga dgn harmonis (guyub) bila ada suatu acara seperti pesta pernikahan atau sunatan (kriyaan) maka warga di sana berkumpul saling memebantu membuat tenda dari bambu mengumpulkan kayu bakar dan yg unik nya mereka selalu menggunakan kursi dan meja dari sekolah yg ad di lingkungan desa mereka untuk menhamu para tamu undangan dan undangan nya pun ada dua tahap untuk laki2 menggunakan kartu undangan yg belum berwarna dan untuk perempuan di undang melalui lisan atau omongan dari ibu2 yg keliling dan mampir dari rumah ke rumah.
kegiatan malam hari di kampung bungin
Dulu belum ada yg nama nya pemilihan kepala desa rt dan rw, semua di tunjuk sebagai aparat desa dgn cara musyawarah warga setempat dan yg uniknya di sana blm ad sebutan atau bahasa rw bagi aparat desa nya namun di sana lebih di kenal dgn sebutan rk (mungkin rukun keluarga). Namun warga di sana hidup dgn nyaman damai dan bertetangga dgn harmonis (guyub) bila ada suatu acara seperti pesta pernikahan atau sunatan (kriyaan) maka warga di sana berkumpul saling memebantu membuat tenda dari bambu mengumpulkan kayu bakar dan yg unik nya mereka selalu menggunakan kursi dan meja dari sekolah yg ad di lingkungan desa mereka untuk menhamu para tamu undangan dan undangan nya pun ada dua tahap untuk laki2 menggunakan kartu undangan yg belum berwarna dan untuk perempuan di undang melalui lisan atau omongan dari ibu2 yg keliling dan mampir dari rumah ke rumah.
kegiatan malam hari di kampung bungin